Friday, May 4, 2012

Mahasiswa Malaysia Belajar Mazhab Islam di Palembang

Selasa, 08 September 2009 | 09:07 WIB
(Vibizdaily - Nasional) Ketegangan antara pemerintah Indonesia dan Malaysia tidak berpengaruh terhadap bidang pendidikan terutama ke-Islaman di Palembang. Pemerintah Malaysia terus mengirimkan mahasiswanya untuk belajar mengenai mazhab Islam di IAIN Raden Fatah, Palembang.

Tercatat ada lima mahasiswa asal Malaysia yang belajar di IAIN Raden Fatah Palembang. Kelima mahasiswa tersebut merupakan hasil program kerja sama antara IAIN Raden Fatah dengan College Islam Darul Ulum Kedah, Malaysia. Kedua perguruan tinggi itu sepakat bekerjasama dalam bidang pertukaran pelajar.


Demikian dikatakan Rektor IAIN Raden Fatah, Prof Dr Aflatun Muchtar MA, seusai kuliah umum di Ruang Multimedia IAIN, Jalan Jenderal Sudirman, Palembang, Senin (07/09/2009). Katanya, kerjasama sudah berjalan sejak satu tahun lalu. Namun, operasional pengiriman mahasiswa baru dilaksanakan sekarang.


Kelima mahasiswa tersebut terdiri dari empat laki-laki dan satu perempuan. Kelimanya lulusan dari CIDUK Jurusan Syariah. Di Indonesia CIDUK mirip seperti Politeknik di Indonesia.


Hanifi, salah satu mahasiswa, menyebut Palembang adalah saudara serumpun Malaysia. Dalam hal ke-Islaman, seorang alim ulama asal Palembang yakni Abdusshomad Falimbani sangat tersohor di negeri itu.


Kebesaran sejarah Islam di negeri Sriwijaya itu bakal dikoreknya dengan melakukan napak tilas tentang sejarah keislaman yang ada di Kota Palembang.


"Ini tidak ada hubungannya dengan aksi klaim," katanya.


Selain kebesaran Islam di Palembang, mereka juga berniat mendalami perbedaan mazhab yang dikenal di dunia Islam. Fakultas Syariah Jurusan Perbedaan Mazhab dipilih selama menjadi mahasiswa di IAIN Raden Fatah.


Ketertarikan mengambil jurusan tersebut karena Malaysia hanya menganut satu mazhab saja yakni mazhab syafei. Mazhab tersebut menjadi darah daging dalam kehidupan umat Islam di negeri Jiran itu. Saking lekatnya, negara menjadikan mazhab syafei sebagai mazhab negara.


"Banyak masyarakat yang tidak mengenal mazhab diluar Syafei. Itulah mengapa kami memilih jurusan ini karena lebih penting penggunaannya di Malaysia," terangnya.


Setelah mendapatkan ilmu tentang perbedaan mazhab itu, Hanifi berniat menerapkannya di negerinya kelak. Dengan begitu, keragaman islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin dapat terwujud di negaranya.


Andi Saputra, mahasiswa Ushuluddin IAIN Raden Fatah, menilai kedatangan kelima mahasiswa asal Malaysia menunjukkan pendidikan kita lebih maju. Meski maju dalam hal teknologi, Malaysia tetap saja masih perlu belajar dengan Indonesia.


"Masalah budaya dan pendidikan tidak bisa disamakan. Pendidikan bersifat bilateral. Siapa saja bisa belajar," katanya menanggapi usaha Malaysia mengklaim beberapa budaya Indonesia.


Jika pun setelah belajar di Indonesia lalu Malaysia melejit di bidang pendidikan, bukan karena kepintaran melainkan kelebihan fasilitas. Sebagaimana diketahui, ketertinggalan pendidikan di Indonesia disebabkan fasilitas penunjang masih kurang.


Walaupun begitu, Indonesia patut berbangga menanamkan kader asal Malaysia yang menerapkan ilmu yang mereka pelajari ke masyarakatnya. "Paling tidak mereka nantinya terdaftar sebagai alumni IAIN," katanya.
(rs/RS/dtc)

No comments:

Post a Comment